PPID Balai Pengujian Standar Instrumen Tanah dan Pupuk

Kementerian Pertanian Republik Indonesia

PPID Balai Pengujian Standar Instrumen Tanah dan Pupuk

BSIP BERKARYA: TANAH SULFAT MASAM YANG PENUH HARAPAN DI PENAJAM PASER UTARA




BSIP BERKARYA: TANAH SULFAT MASAM YANG PENUH HARAPAN DI PENAJAM PASER UTARA

Saat kita mendengar atau membaca salah satu jenis tanah sulfat masam, maka asosiasi kita menuju pada ke salah satu bagian dari ekosistem tanah rawa, dengan karakteristik adanya pirit (FeS), pH masam sampai sangat masam, tanah mineral yang berbahan organik >4%, berasosiasi dengan jumlah air dan pengaturannya. Memang benar tanah sulfat masam bereaksi masam sampai sangat masam, tergantung tingkat konsentrasi H+, FeS yang teroksidasi dan tata kelola airnya.

Tanah sulfat masam yang berpotensi ditanami dan dapat berproduksi >5 t GKP/ha adalah tanah sulfat masam potensial (SMP) karena pH tanahnya di atas 3 hingga mendekati netral. Dan sebaliknya tanah yang sangat tidak berpotensi adalah tanah sulfat masam aktual (SMA). Ada petani yang menyatakan pH tanahnya di bawah 3. Luar biasa, ya hal itu dapat terjadi bila FeS terekspose oksigen misal saat pembukaan saluran yg mengenai lapisan pirit atau pengolahan tanahnya terlalu dalam. Apakah tanah sulfat masam aktual dapat berubah menjadi potensial? Ya dapat, tetapi butuh pengelolaan air, remediasi yang tepat, dan waktu.

Pada hari Rabu, 4 September 2024, telah disaksikan demplot pengelolaan lahan SMP di Penajam Paser Utara  bersama oleh Direktur Pupuk dan Pestisida Dr. Drs. Jekvy Hendra, MSi, Pengajar dari Universitas Hankam, Guru Besar Sumber Daya Lahan Pertanian, IPB University (Prof. Dr. Budi Mulyanto MSc., Prof. Dr. Dadang, MSc, Dr. Darmawan, MSc), Kadis Pertanian Penajam Paser Utara-Kalimantan Timur dan staf, Kepala BSIP Tanah dan Pupuk Dr. Ladiyani Retno Widowati, MSc, Pengurus HKTI Pusat, Perwakilan dari Ditjen Serealia,  Camat, Kades, Penyuluh, petani yang didukung oleh ABI (Asosiasi Bio-Agroinput Indonesia). Pertumbuhan tanaman di Lokasi demplot  secara umum tumbuh dengan baik, telah memasuki usia reproduksi, memang terlihat pemasakan tidak seragam karena dampak penyulaman. Dibandingkan dengan praktek pertanian, tanaman petani banyak yang tumbuh tidak seragam bahkan ada yang mengalami puso, terserang organisme pangganggu tanaman, ataupun terkena serangan faktor abiotik (masam dan terdampak Fe).

Demplot dilakukan dengan penerapan paket pemupukan (sumber NPK), dan paket Input (dekomposer, pembenah tanah senyawa humat yang dikombinaiskan dengan sumber Si dan unsur mikro, biostimulan, pestisida hayati) produk dari ABI. Paket Input tersebut membantu dalam meningkatkan potensi tanah menyediakan hara, meningkatkan performa dan ketahanan tanaman terhadap stres abiotik, serta meningkatkan pengisian bulir. Tanaman pada lokasi demplot saat telah memasuki usia panen sekitar 20-25 hari pada lokasi 1 dan 7- 10 hari di lokasi 2.

Setelah agenda penyampaian sambutan, penilaian terhadap kondisi tanah dan pertumbuhan tanaman, kemudian masukan-masukan, dan terakhir dilakukan diskusi dengan penyuluh dan petani. Sangat menarik bahwa petani setempat telah menyampaikan bagaimana perjuangan mereka terhadap lahan mereka, penuh semangat dan pantang menyerah dengan kondisi yang ada. Upaya alih fungsi lahan dari lahan sawah menjadi pertanaman sawit sempat dilontarkan sangat dianjurkan tidak dilakukan, agar produksi pangan terjaga sebagai bagian dari pendukung pangan IKN.

Tak terasa acara kunjungan dan diskusi ini selesai saat matahari mulai menggelincir ke ufuk barat. Suasana keakraban terjadi dan wajah-wajah penuh harap akan peningkatan provitas lahan terlihat sebagai penutup hari Rabu yang penuh arti. (LRW, AFS, M.Is, Mtm).